Student Housing Indonesia University
Student Housing merupakan fasilitas pelayanan penunjang akademik yang akan dikembangkan di bawah pengelolaan Universitas Indonesia (UI) bekerjasama dengan para partisipan, baik individu maupun institusi-institusi di luar kampus. Prioritas penghuni Student Housing adalah mahasiswa pasca sarjana, mahasiswa asing/kelas internasional, para staf pengajar, dan para karyawan UI.
Student Housing merupakan hunian civitas akademika yang terpadu dengan Stasiun UI 2 – Pondok Cina, jalur sepeda, pedestrian, lalu lintas mobil, dan rencana light train rail (tram) menyusur jalan lingkar luar di atas lahan UI yang sudah ditentukan. Sebagian besar penghuni akan berkegiatan dengan berjalan kaki, naik sepeda kuning, bis kampus, dan kendaraan roda dua di dalam lingkungan Kampus UI. Sedangkan tamu eksternal akan datang dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua. Untuk itu, diperlukan penyelesaian masalah parkir secara terintegrasi.
Student Housing terdiri dari 6 menara yang berdiri di atas lahan seluas 15.720m² dengan KDB 40%. Adapun ketinggian bangunananya (KB) ±10-15 lantai. Komposisi peruntukan bangunan terdiri dari 4 menara untuk Student Housing (±400 unit/menara) dan 2 menara untuk Serviced Apartment (jumlah unit/menara disesuaikan). Setiap menara hunian harus mempunyai minimal 2 jalan masuk. Lantai tipikal Student Housing terdiri dari 80% tipe Studio, gross area ±18m² dan 20% tipe 1 Bed room, gross area ±24m². Lantai tipikal Serviced Apartment terdiri dari 10% tipe Studio, 30% tipe 1 Bed room, 30% tipe 2 Bed room, dan 30% tipe 3 Bed room.
Desain bangunan mengutamakan faktor keselamatan terhadap gempa dan kebakaran. Kesehatan bangunan terjaga dengan konversi cahaya alami, penghawaan alami, dan ‘bunuh kuman.’ Desain sirkulasi dalam bangunan harus menjamin kejelasan jalur sirkulasi manusia dan menjamin prioritas kepentingan keamanan dan kenyamanan pejalan kaki dan disable (penyandang cacat, wanita hamil, dan anak-anak).
Lantai dasar difungsikan hanya untuk fasilitas penunjang (fasum/fasos) hunian dan pemanfaatan ruang komersial dan sosial. Di setiap lantai perlu ada ruang terbuka/komunal untuk kebutuhan sosial minimal sebesar luas satu unit untuk bermain dan berkumpul. Lebar koridor minimal 1,80 meter (lebar bersih).
Lokasi Student Housing terletak di Kampus UI Depok dengan batas-batas sebagai berikut: sebelah Utara: Gedung PLK UI, sebelah Barat: Jalan Raya lingkar dalam UI, lapangan parkir Balairung UI, sebelah Selatan: rencana Rumah Sakit UI, dan sebelah Timur: Stasiun UI 2-Pondok Cina.
Lokasi ini juga menjadi strategis karena berdekatan dengan Kawasan Centrum, Rumpun Ilmu Kedokteran, dan Rumah Sakit UI, serta memiliki akses langsung dengan Jalan Margonda Raya melalui Stasiun UI 2 dan kawasan komersial Margonda.
Aksis antara stasiun dan Balairung membelah kompleks bangunan menjadi dua bagian utama, membentuk gerbang dan vista ke arah Balairung sekaligus sebagai plasa penghubung antara stasiun dan kawasan UI yang terletak di atas bangunan PLN eksisting.
Mengacu pada masterplan UI tahun 2008 bahwa peruntukan site sebagai kompleks hunian dan melihat fungsi urban di sebelahnya, maka antar menara diusulkan agar lebih berongga, bernafas sehingga menciptakan urban void bagi kawasan. Penghargaan terhadap alam dilakukan dengan mempertahankan eksitensi pohon-pohon besar di sekitar site.
Pohon-pohon eksisting digunakan sebagai titik-titik orientasi sirkulasi, sehingga antar massa menara terbentuk vista dengan pohon-pohon sebagai focal pointnya. Banyaknya pepohonan menjadi pertimbangan dalam peletakan massa bangunan, sehingga tidak menebang pohon- pohon besar.
Konsep ’Living Boundary’
Keunikan lahan yang terletak dibatas distrik dengan dua karakter yang berbeda, yaitu UI dengan karakter alaminya dan kawasan di seberang stasiun dengan karakter urban menjadikan lokasi lahan sebagai jeda, pelindung, batas sekaligus penghubung antara keduanya. Sebuah jembatan penyeberangan yang tim arsitek usulkan menghubungkan plasa housing dengan stasiun. Plasa ini berfungsi sebagai akses pedestrian dari stasiun menuju area UI.
Parkir terpadu antara housing dan stasiun bertujuan mengurangi rasio pemakaian lahan dengan luasan ground floor yang terbatas, dan mempertahankan pepohonan pada site. Dengan memisahkan area parkir kendaraan di luar site, maka area hijau dalam site yang belum terbangun selama tahap pembangunan akan tetap eksis, dan memperlama umur vegetasi dan ekologi pada eksisting site. Titik-titik pohon eksisting menjadi titik orientasi antar tower, dengan penciptaan vista-vista dan ground floor yang menerus.
Ruang antar tower pada housing digunakan sebagai ruang aktifitas bersama dengan variasi kegiatan di dalamnya. Tiap lantai housing terdapat ruang komunal yang terlihat pada fasadnya. Ruang ini merupakan ruang multifungsi berbagai skala aktifitas. Setiap tower memiliki dua ujung yang berongga sebagai sirkulasi udara untuk koridor di tengahnya.
Massa Bangunan
Karena luasan site yang terbatas dan permintaan kebutuhan program yang harus dipenuhi oleh enam tower, maka massa bangunan dibuat ramping agar terdapat jarak yang cukup lebar antar tower. Bangunan-bangunan disusun sejajar dengan orientasi Utara-Selatan dan tetap membuka view-view ke arah UI agar kontinuitas visual tidak tertutupi oleh tower housing dan menciptakan urban void bagi kawasan.
Tiap lantai housing terdapat ruang komunal yang terlihat pada fasadnya. Ruang ini merupakan ruang multifungsi berbagai skala aktifitas, mulai dari tempat membaca sendiri sampai ruang diskusi bersama. Pelubangan lebar ruang komunal pada fasad juga bertujuan memasukkan udara pada bangunan dan menciptakan interaksi dengan ruang luar sekitarnya. Pada bagian tepinya terdapat tanaman untuk memberi frame hijau pada bangunan. Pelubangan pada bagian tower yang terdapat pohon memberikan dialog langsung antara ruang dalam dengan pohon-pohon eksisting serta memberi titik-titik orientasi pada tiap tower. Setiap tower dihubungkan oleh jalur sirkulasi menerus setinggi 2 lantai.
Langgam Arsitektur
Bentuk bangunan merupakan reintepretasi dari modul unit-unit hunian dengan pola fasad susunan batu bata, sebagai material yang sering dijumpai di lingkungan UI. Hal ini sekaligus sebagai penanda memasuki kawasan UI mengingat letak site yang terletak pada batas kawasan.
Warna bangunan merupakan gradasi dari warna-warna batu bata yang cocok untuk fungsi hunian pelajar: hangat, teratur, dan sederhana. Skin facade ini juga berfungsi meredam suara dari arah stasiun, ditambah dengan penggunaan double glass. Karakter bangunan sengaja tidak terlalu ’berteriak’ mengingat letak bangunan di tengah banyaknya bangunan landmark UI dan kawasan pemukiman, lebih sebagai frame dan penghubung bagi lingkungan di sekitarnya. Massa-massa bangunan dihubungkan dengan jalur sirkulasi dengan bentukan yang lebih dinamis untuk mengikat antar bangunan.
Dengan curah hujan yang tinggi, air hujan dimanfaatkan sebagai alternatif sumber air bagi penghuni. Air ditampung dalam retaining pool yang terletak di setiap dua tower, untuk kemudian disaring dan disalurkan ke upper tank. Sampah dibagi dalam tiga shaft, sampah terurai/dapat dikomposkan, sampah daur ulang, dan sampah tidak terurai. Sampah yang dapat dikomposkan untuk kemudian disalurkan menuju kotak kompos dan digunakan sebagai pupuk alami. Pemisahan sirkulasi dan parkir kendaraan bermesin di sisi timur juga memberikan keuntungan yang besar bagi pejalan kaki, vegetasi, dan pengurangan polusi di dalam site.
Sustainability
Tiap modul fasad bangunan dibuat bersudut dan memiliki kemiringan untuk memecah pantulan cahaya, sehingga tidak menambah suhu panas dari micro climate bangunan. Bayangan-bayangan yang tercipta pada fasad memberi kesan visual yang teduh, sebagai respon dari bangunan tropis. Di setiap jarak antar modul fasad terdapat lubang ventilasi horizontal dan vertikal, sedangkan pada bagian tepi yang berbatasan dengan jendela berfungsi untuk memantulkan cahaya ke dalam kamar (indirect light).
Unit hunian dibuat double loaded dengan sirkulasi di tengah, sehingga pada sisi barat timur tim arsitek menggunakan kerawang pada area tangga untuk memasukkan cahaya alami dan sirkulasi udara. Fasad menggunakan material reinforced cement dan aluzinc dengan insulasi suara, dan penutup pada tangga darurat menggunakan GRC mesh.
Tim Arsitek: Angga Rosiawan, Mariska Pratimi, Hamal Pangestu, Nelly Daniel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar